Pendahuluan
Latar Belakang
Krisis
moral telah melanda bangsa ini, suatu kenyataan yang tidak pernah terbayangkan
sebelumnya dan pantas menjadi keprihatinan bersama dari seluruh elemen bangsa
ini (Capra, 1998: 3; Zohar dan Marshall, 2000: 16). Dari berbagai bidang
kehidupan diperoleh bukti tentang hal tersebut, para petinggi negara kita
sebagai wakil rakyat justru mereka menzhalimi rakyat dengan melakukan korupsi
yang makin lama semakin parah. Dari
pihak masyarakat sendiri juga tidak bisa dibanggakan, banyak kasus-kasus
tawuran baik antar suku, suporter, bahkan para pelajar calon penerus generasi
bangsa. Berbagai hal tersebut tentunya sangatlah memprihatinkan.
Dalam
kehidupan bangsa yang karut-marut ini, masih ada pihak-pihak yang tetap optimis
dan menaruh harapan pada olahraga, meskipun disadari pula bahwa olahraga tidak
dengan serta merta mampu mengatasi semua persoalan (Mutohir, 2004: 24). Situasi
dan gejolak sosial harus dihadapi dan disikapi dengan optimis untuk bisa
mengubahnya kembali ke arah yang lebih baik. Kretchmar (2005: 191) menguatkan
optimisme tersebut, karena masyarakat dunia pada umumnya menjunjung tinggi
delapan nilai utama dalam kehidupan manusia, yaitu: cinta kasih, kebenaran,
keadilan, kemerdekaan, persatuan, toleransi, tanggung jawab, dan menghargai
kehidupan. Kendatipun demikian, melalui olahraga orang dapat belajar banyak hal
tentang nilai-nilai keutamaan hidup, seperti nilai persamaan dan kebersamaan,
sportivitas, kejujuran, kedisiplinan, tanggung jawab, dan perjuangan, termasuk
dalam olahraga permainan target yang menjadi salah satu mata kuliah di prodi
Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi di Unversitas Negeri Yogyakarta.
Lalu bagaimana implementasi
aktualisasi nilai-nilai olahraga dalam kehidupan sehingga setiap warga negara
Indonesia mampu mengintegrasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai tersebut
dalam hidupnya? Sebelum menguraikan hal tersebut akan dijelaskan terlebih
dahulu tentang konsep mata kuliah olahraga permainan target dan nilai-nilai
sportivitas serta kejujuran yang terkandung di dalamnya, dan diakhiri dengan
implementasi aktualisasi nilai-nilai dalam olahraga permainan target.
Pembahasan
A. Nilai Kejujuran dan Sportivitas dalam Mata Kuliah Permainan Target di Prodi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Universitas Negeri Yogyakarta
Permainan
target, yaitu permainan dimana pemain
akan mendapatkan skor apabila bola atau
proyektil lain yang sejenis dilempar atau dipukul dengan terarah mengenai
sasaran yang telah ditentukan dan semakin sedikit pukulan menuju sasaran
semakin baik. Ciri khas permainan target
adalah konsentrasi, ketenangan, fokus,
no body contact , dan akurasi
yang tinggi dan tentunya juga membutuhkan jiwa sportivitas dan kejujuran bagi
para pemainnya. Bentuk permainan target adalah panahan, golf, bowling,
billiard, snooker, frisbee, teknik dalam cabor, permainan target tradisional.
Dalam
perkuliahan permainan target di prodi PJKR UNY yang diampu oleh Nurhadi
Santoso, S.Pd, M.Pd yang mana tata cara perkuliahannya adalah dengan dibentuk
kelompok-kelompok. Setiap mahasiswa melakukan permainan target yang telah
ditentukan dan diajarkan sebelumnya oleh dosen bersama anggota kelompok
masing-masing. Mahasiswa melaksanakan permainan target secara mandiri dengan
dosen memantau dari satu kelompok ke kelompok lainnya. Sehingga mahasiswa lebih sering melakukan
aktivitas tersebut tanpa diawasi oleh dosen bahkan penilaianpun dipercayakan
kepada kelompok itu sendiri. Sehingga disini sportivitas dan kejujuran
mahasiswa sangatlah diutamakan karena tanpa sepengetahuan dosen mahasiswa bisa
saja melakukan aktivitas permainan target dengan menyalahi aturan yang telah
ditentukan dan juga bisa memanipulasi nilai.
Kejujuran
dan sportivitas sendiri memang tidak dapat dipisahkan, karena sportivitas
berawal dari kejujuran. Sportivitas mempunyai arti orang yang melakukan
olahraga harus memiliki kejujuran dalam melaksanakan kegiatan olahraga sesuai
dengan aturan yang telah ditentukan serta mau mengakui kemenangan lawan serta
kekalahan dirinya sendiri. Sehingga dalam praktik mata kuliah permainan target
yang diselenggarakan di PJKR UNY setiap mahasiswa tentunya dituntut untuk
bersikap jujur dan sportif. Dengan lamanya waktu kuliah yaitu selama 1 semester
dan 2 kali pertemuan setiap minggunya nilai kejujuran dan sportivitas tersebut
niscaya telah melekat pada diri setiap mahasiswa yang kelak dapat
diimplementasikan dalam kehidupan nyata .
B. Implementasi Aktualisasi Nilai Kejujuran dan
Sportivitas dalam Membangun Karakter Bangsa
Pedro
Zaballa, pemain sayap kanan kesebelasan Sabadell yang tidak mau menendang
(memasukkan) bola ke gawang lawan karena pada saat yang bersama-an penjaga
gawang lawan (Real Madrid) mengalami cedera berat dan pingsan setelah
bertabrakan dengan seorang back temannya. Setelah
pertandingan selesai dengan kemenangan Real Madrid 1-0, penonton memberikan
sorak penghormatan kepada Zaballa dengan standing ovation. Zaballa menyatakan bahwa ia hanya menuruti kata
hatinya untuk tidak membuat gol dalam ketidakberdayaan lawan. Berkat
tindakannya yang sangat sportiv itu, Zaballa dianugerahi International Fair Play (Mutohir, 2004: 27).
Di tengah karut-marutnya kehidupan masyarakat dewasa ini, ketika orang saling berebut kekuasaan, jabatan, pengaruh, dan lainnya dengan menghalalkan segala cara, kehadiran seseorang seperti Zaballa sangat dibutuhkan. Dalam suasana seperti sekarang ini, sangat dibutuhkan orang-orang yang tidak haus kekuasaan dengan menghalalkan segala cara untuk meraih kemenangan; sangat dibutuhkan orang-orang yang dalam setiap sepak terjangnya menjunjung tinggi nilai-nilai moral kemanusiaan diantaranya adalah nilai kejujuran dan sportivitas. Beberapa hasil penelitian pun menunjukkan adanya pengaruh aktivitas olahraga terhadap dimensi kepribadian, seperti konsep diri, stress, penyimpangan perilaku, dan integrasi sosial. Hasil studi Biddle, Sallis, dan Cavill (1998) menunjukkan bahwa remaja yang aktif dalam olahraga penyimpangan perilakunya lebih kecil dibandingkan remaja yang tidak berpartisipasi dalam olahraga. Sehingga untuk mewujudkan bangsa yang berkarakter diperlukan individu-individu yang berkarakter dan memegang teguh nilai-nilai kebangsaan. Dalam konteks inilah olahraga menjadi bagian penting sebagai sebuah instrumen pembentukan nilai dan karakter kebangsaan (Mutohir, 2004: 27). Olahraga mengajarkan kedisiplinan, kejujuran, jiwa sportif, tidak mudah menyerah, jiwa kompetitif yang tinggi, semangat bekerja sama, mengerti akan aturan, berani mengambil keputusan kepada seseorang. Hal tersebut seharusnya juga teraktualisasi oleh para mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan terlebih lagi yang mengikuti perkuliahan permainan target karena selama perkuliahan telah dituntut untuk bersikap jujur dan berjiwa sportif. Sehingga ke depannya para generasi penerus bangsa dan para calon pendidik ini dapat membangun karakter bangsa yang memiliki kejujuran dan jiwa sportif.
Setelah nilai-nilai olahraga sudah teraktualisasi langkah selanjutnya - dan ini yang penting - adalah mengimplementasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu caranya adalah membentuk kebiasaan rutin yang bermuatan nilai-nilai olahraga, misalnya berjabat tangan dengan lawan bermain, sebelum dan sesudah bertanding, menghormati keputusan wasit walau seberat apa pun itu, dan bermain dengan berpegang pada peraturan yang ada.
Peran seorang pemimpin dalam penerapan nilai-nilai tersebut sangat penting karena harus diingat bahwa negeri ini masih menganut paham paternalistik yang sangat kuat (Hidayatullah, 2007: 111). Oleh sebab itu, pendekatan yang paling tepat untuk penerapannya adalah melalui keteladanan dari para pemimpin, seperti: orang tua, guru, pemuka masyarakat, dan kepala pemerintahan dari tingkat yang terendah sampai yang tertinggi. Para pemimpin harus memberikan teladan yang baik, apa yang diucapkan harus berbanding lurus dengan apa yang dilakukan, baik di rumah, di sekolah, di masyarakat, maupun di pemerintahan. Jangan menuntut orang lain datang tepat waktu, sedangkan dirinya sendiri datang terlambat, ini berarti bahwa seorang pemimpin tidak berjiwa sportif karena hanya menuntut orang lain sedangkan dirinya sendiri tidak mau melaksanakan dan masih banyak lagi contoh yang lain. Dimulai dari diri sendiri untuk memberikan contoh yang baik pada orang lain, terutama para pemimpin sebagai panutan bagi yang dipimpinnya. Para pemimpin jangan hanya suka mengobral janji-janji tanpa pernah ditepati sehingga menimbulkan sakit hati. Tentunya para mahasiswa lah yang memiliki kemungkinan besar akan menjadi para pemimpin,bukan hanya para mahasiswa dari Fakultas Hukum tetapi juga mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan.
Ada nilai-nilai luhur yang terkandung dalam olahraga yang sejatinya juga merupakan nilai-nilai yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai tersebut betapa pun baik dan mulianya tidak akan mempunyai makna apa pun jika tidak diaktualisasikan dan diimplementasikan dalam kehidupan nyata. Oleh sebab itu, yang penting adalah kemauan dari setiap individu untuk memulai hidup dengan baik yang dilandasi oleh nilai-nilai keutamaan dan didukung oleh keteladan dari para pemimpin. Sehingga para mahasiswa khususnya dari Fakultas Ilmu Keolahragaan diharapkan di masa yang akan datang dapat menjadi para pemimpin yang jujur, adil, dan bijaksana karena telah memiliki nilai-nilai luhur yang telah ditanamkan selama menjadi mahasiswa seperti nilai kejujuran, sportivitas, dan nilai-nilai luhur lainnya. Dengan demikian, harapan untuk menjadi bangsa yang berkarakter bukanlah sesuatu hal yang mustahil. Tetapi itu menjadi suatu harapan yang sangat realistis yang akan terwujud sehingga bangsa ini kelak menjadi bangsa yang maju dan berkarakter.
B. Saran
Di tengah karut-marutnya kehidupan masyarakat dewasa ini, ketika orang saling berebut kekuasaan, jabatan, pengaruh, dan lainnya dengan menghalalkan segala cara, kehadiran seseorang seperti Zaballa sangat dibutuhkan. Dalam suasana seperti sekarang ini, sangat dibutuhkan orang-orang yang tidak haus kekuasaan dengan menghalalkan segala cara untuk meraih kemenangan; sangat dibutuhkan orang-orang yang dalam setiap sepak terjangnya menjunjung tinggi nilai-nilai moral kemanusiaan diantaranya adalah nilai kejujuran dan sportivitas. Beberapa hasil penelitian pun menunjukkan adanya pengaruh aktivitas olahraga terhadap dimensi kepribadian, seperti konsep diri, stress, penyimpangan perilaku, dan integrasi sosial. Hasil studi Biddle, Sallis, dan Cavill (1998) menunjukkan bahwa remaja yang aktif dalam olahraga penyimpangan perilakunya lebih kecil dibandingkan remaja yang tidak berpartisipasi dalam olahraga. Sehingga untuk mewujudkan bangsa yang berkarakter diperlukan individu-individu yang berkarakter dan memegang teguh nilai-nilai kebangsaan. Dalam konteks inilah olahraga menjadi bagian penting sebagai sebuah instrumen pembentukan nilai dan karakter kebangsaan (Mutohir, 2004: 27). Olahraga mengajarkan kedisiplinan, kejujuran, jiwa sportif, tidak mudah menyerah, jiwa kompetitif yang tinggi, semangat bekerja sama, mengerti akan aturan, berani mengambil keputusan kepada seseorang. Hal tersebut seharusnya juga teraktualisasi oleh para mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan terlebih lagi yang mengikuti perkuliahan permainan target karena selama perkuliahan telah dituntut untuk bersikap jujur dan berjiwa sportif. Sehingga ke depannya para generasi penerus bangsa dan para calon pendidik ini dapat membangun karakter bangsa yang memiliki kejujuran dan jiwa sportif.
Setelah nilai-nilai olahraga sudah teraktualisasi langkah selanjutnya - dan ini yang penting - adalah mengimplementasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu caranya adalah membentuk kebiasaan rutin yang bermuatan nilai-nilai olahraga, misalnya berjabat tangan dengan lawan bermain, sebelum dan sesudah bertanding, menghormati keputusan wasit walau seberat apa pun itu, dan bermain dengan berpegang pada peraturan yang ada.
Peran seorang pemimpin dalam penerapan nilai-nilai tersebut sangat penting karena harus diingat bahwa negeri ini masih menganut paham paternalistik yang sangat kuat (Hidayatullah, 2007: 111). Oleh sebab itu, pendekatan yang paling tepat untuk penerapannya adalah melalui keteladanan dari para pemimpin, seperti: orang tua, guru, pemuka masyarakat, dan kepala pemerintahan dari tingkat yang terendah sampai yang tertinggi. Para pemimpin harus memberikan teladan yang baik, apa yang diucapkan harus berbanding lurus dengan apa yang dilakukan, baik di rumah, di sekolah, di masyarakat, maupun di pemerintahan. Jangan menuntut orang lain datang tepat waktu, sedangkan dirinya sendiri datang terlambat, ini berarti bahwa seorang pemimpin tidak berjiwa sportif karena hanya menuntut orang lain sedangkan dirinya sendiri tidak mau melaksanakan dan masih banyak lagi contoh yang lain. Dimulai dari diri sendiri untuk memberikan contoh yang baik pada orang lain, terutama para pemimpin sebagai panutan bagi yang dipimpinnya. Para pemimpin jangan hanya suka mengobral janji-janji tanpa pernah ditepati sehingga menimbulkan sakit hati. Tentunya para mahasiswa lah yang memiliki kemungkinan besar akan menjadi para pemimpin,bukan hanya para mahasiswa dari Fakultas Hukum tetapi juga mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan.
Penutup
A. KesimpulanAda nilai-nilai luhur yang terkandung dalam olahraga yang sejatinya juga merupakan nilai-nilai yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai tersebut betapa pun baik dan mulianya tidak akan mempunyai makna apa pun jika tidak diaktualisasikan dan diimplementasikan dalam kehidupan nyata. Oleh sebab itu, yang penting adalah kemauan dari setiap individu untuk memulai hidup dengan baik yang dilandasi oleh nilai-nilai keutamaan dan didukung oleh keteladan dari para pemimpin. Sehingga para mahasiswa khususnya dari Fakultas Ilmu Keolahragaan diharapkan di masa yang akan datang dapat menjadi para pemimpin yang jujur, adil, dan bijaksana karena telah memiliki nilai-nilai luhur yang telah ditanamkan selama menjadi mahasiswa seperti nilai kejujuran, sportivitas, dan nilai-nilai luhur lainnya. Dengan demikian, harapan untuk menjadi bangsa yang berkarakter bukanlah sesuatu hal yang mustahil. Tetapi itu menjadi suatu harapan yang sangat realistis yang akan terwujud sehingga bangsa ini kelak menjadi bangsa yang maju dan berkarakter.
B. Saran
1. Para
pendidik, khususnya yang latar belakangnya dari Fakultas Ilmu Keolahragaan atau
atlet hendaknya menanamkan kepada siswa untuk membiasakan diri untuk
melaksanakan aktivitas olahraga, karena melalui olahraga diharapkan siswa dapat
menanamkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam olahraga seperti kejujuran,
sportivitas, dll.
2. Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam
olahraga hendaknya selalu ditanamkan kepada para peserta didik dengan harapan
dapat diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari.
Daftar Pustaka
Capra,
Fritjof. 1998. Titik balik peradaban: Sains, masyarakat, dan kebangkitan
kebudayaan. (Terjemahan. M.
Thoyibi). Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.
Hidayatullah,
M. Furqon. 2007. Mengantar calon pendidik berkarakter di
masa depan. Surakarta: Sebelas
Maret University Press.
Kretchmar,
R. Scott. 2005. Practical philosophy of sport and physical activity.
2nd ed. Champaign, IL:
Human Kinetics.
Mutohir,
Toho Cholik. 2004. Olahraga dan pembangunan. Jakarta: Proyek
Peng-embangan dan Keserasian Kebijakan Olahraga,
Direktorat Jenderal. Olah-raga,Departemen Pendidikan Nasional.
Sudrajad,Akhmad.2010.“TentangPendidikanKarakter.”http://akhmadsudrajad.
wordpress.com/2010/08/20/pendidikan-karakter-di-smp/Suyanto.
Zohar,
D., & Marshall, I. 2000. Spiritual intelligence the ultimate intelligence.
London: Bloomsbury
Publishing Plc.